Jumat, 28 Agustus 2015

Lempeng Jenang "Ibu Yati Ngudi Rahayu"

Lempeng jenang “Ibu Yati Ngudi Rahayu” merupakan salah satu variasi produk lempeng singkong yang dimiliki oleh padukuhan Payak. Lempeng singkong jenis pembuatan dengan jenang ini diproduksi oleh ibu Yati. Produk ini merupakan salah satu produk yang berada dibawah naungan program “Desa PRIMA Sumbergiri”. Setiap harinya ibu Yati dapat menghasilkan sekitar lima kilogram lempeng jenang. Lempeng jenang dengan label “Ibu Yati Ngudi Rahayu” ini bisa didapatkan di took oleh-oleh dan camilan di sekitaran Ponjong, Gunungkidul. Setiap bungkus lempeng jenang dihargai Rp. 10.000,00.




Lempeng Jenang “Ibu Yati Ngudi Rahayu” is one of variations of lempeng products in Payak. The word jenang itself, is referred to the process of lempeng making, where the cassava extract are cooked in a large pan like making jenang (porridge). This product is produced by Mrs. Yati, member of “Desa PRIMA Sumbergiri” program. In a day, Mrs, Yati could produce about five kilos of cooked lempeng jenang. This product can be found in several finger-food around Pongjong-Gunungkidul.




(Written by Assa-Nila 1061 team)

Krecek "Lestari"

Krecek "Lestari" merupakan salah satu industri rumah tangga di padukuhan Payak yang berfokus pada produksi krecek singkong. Industri rumahan ini telah berdiri sejak tahun 80an. Kini usaha ini dijalankan oleh generasi kedua pendiri usaha krecek “Lestari”, yaitu ibu Sarti. Dalam sehari, ibu sarti dapat memproduksi sekitar 10 kilo krecek ketela kering dan siap dipasarkan. Tak hanya di sekitar Payak, produk krecek ini juga telah terdistribusi ke kota-kota sekitar Yogyakarta. Setiap bungkusnya, krecek ketela “Lestari” dibanderol dengan harga Rp. 17.500,00.

Krecek  “Lestari” is one of home industries in Payak that focused on producing krecek singkong, a kind of traditional cassava chip. This industry has been producing its products for more than 30 years. Now, this industry is run by Mrs. Sarti as the second generation. In a day, Mrs. Sarti is able to provide about ten kilos of dried krecek. Not only can be found in Payak, this product also can be found in some cities around Yogyakarta. You just have to pay Rp. 17.500,00 for each pack.


(Written by Assa-Nila 1061 team)

Keripik Kimpul "Si Pur"

                Berawal dari coba-coba, kini menjadi mata pencaharian utama. Keripik kimpul “Si Pur” merupakan produk camilan local yang menjadi salah satu potensi ekonomi di wilayah Payak. Baru setahun berdiri, keripik kimpul “Si Pur” mampu mengolah sekitar 15 kilogram kimpul mentah saat hari biasa dan dapat meningkat empat kali lipatnya disaat hari libur nasional.
                Setiap satu kilogramnya, keripik kimpul “Si Pur” dibanderol dengan harga Rp. 30.000,00. Sebagai bukti dibidang kualitas, keripik kimpul “Si Pur” ini sudah memiliki nomor P-IRT.

Keripik kimpul “Si Pur” is a local product made from “kimpul”. This product is the result of an experiment conducted by Mr. Agus Purwanto, the owner, he then make it patent by getting P-IRT certificate. In a day, this home industry could process about 15 kilos of raw “kimpul”. For a kilo of keripik kimpul “Si Pur” you just have to pay Rp. 30,000,00.


(Written by Assa-Nila 1061 team)

Rempeyek Kacang "Barokah"


Salah  satu usaha bidang kuliner camilan lain yang dimiliki Payak adalah produksi rempeyek kacang. Rempeyek kacang dengan label “Barokah” yang diproduksi oleh Ibu Surati ini sudah ada di Payak selama lebih dari 5 tahun. Setiap harinya Rempeyek “Barokah” dapat memproduksi sekitar 500 buah rempeyek kacang.
Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan pilihan dengan kualitas yang telah melalui proses sortir. Proses penjagaan mutu pangan inilah yang menyebabkan rempeyek kacang produksi ibu Surati menjadi cukup unggul. Lingkungan pemasaran rempeyek kacang “Barokah” ini tidak hanya terbatas di sekitar Payak saja, melainkan hingga ke luar daerah.


Rempeyek kacang “Barokah” is a home industry that produces a kind of finger food made from flour and nut. “Barokah” home industry has been producing rempeyek kacang for more than five years. More than 500 pieces can be produced in a day by Mrs. Surati, the owner.
The ingredients used are all sorted before use. The sorting process make rempeyek kacang “Barokah” have the best taste. This product can be found in several finger food shops around Payak and Wonosari.


(Written by Assa-Nila 1061 team)

Lempeng Gethuk "Mbah Sarmo"

Lempeng merupakan salah satu variasi olahan makanan berbahan dasar ketela berbentuk pipih dan biasanya lebar memanjang. Ada dua jenis dalam pembuatan lempeng, yang pertama adalah lempeng jenang dan lempeng gethuk. Untuk lempeng yang diproduksi oleh mbah Sarmo termasuk dalam lempeng gethuk. Hal tersebut terkait dengan proses pembuatannya. Pertama – tama ketela direbus lalu dihaluskan. Selanjutnya ketela halus dicampur dengan bumbu rempah-rempah. Gethuk yang telah dibumbui selanjutnya di jadikan lembaran tipis atau lempengan tipis dengan menggunakan pipa untuk memipihkan bentuknya.
Setiap harinya Mbah Sarmo dapat membuat 1000 buah lempeng. Untuk setiap kemasannya berisi 50 buah lempeng dan pemasaranya di distribusikan di pasar sekitar Payak.



Lempeng is a kind of traditional finger food made from cassava. There are two kinds of lempeng, it is called lempeng jenang and lempeng gethuk. The classification is regarded to the making process of lempeng. For mbah Sarmo’s product, it included on lempeng gethuk. The cassavas, as the main ingredient, are boiled and grinded. It then rolled to make its shape.
In a day, Mrs. Sarmo is able to make hundreds packs of lempeng gethuk. This product can be found in several finger food shops around Payak and Wonosari.



(Written by Assa-Nila 1061 team)

Tempe "Mbah Yaduri"

Tempe merupakan makanan klasik yang telah mendunia sekarang ini, banyak sekali produsen tempe baik itu dengan cara modern ataupun tradisional. Pada produksi tempe kesan modern pada masa ini dapat dilihat dari kemasan yang digunakan. Pemilihan kemasan berupa plastic kini lebih banyak digunakan karena dinilai lebih praktis dalam penggunaanya. Jika ingin menikmati sajian tempe tradisional yang masih menggunakan pembukus tradisional Tempe yang diproduksi oleh Mbah Yaduri ini dapat dijadikan pilihan yang tepat. Pembukus yang digunakan menggunakan Daun Awar-Awar, dengan pengalaman lebih dari 25 tahun penggunaan daun sebagai pembungkus dinilai membuat tempe lebih tahan lama dan menghasilkan rasa tempe yang klasik.
Kesan pedesaan juga terdapat dari bahan pembuatan tempe, seperti pada umumnya tempe selain terbuat dari bahan utama berupa kedelai juga membutuhkan ragi sebagai faktor utama yang dapat merubah kedelai menjadi tempe. Namun dalam pembuatan tempe Mbah Yaduri tidak digunakan ragi namun menggunakan laru dan tepung singkong (glepung). Laru ini tidak dijual di pasaran namun dibuat sendiri. Pembuatan laru dapat dilihat dari gambar berikut ini :


Setiap harinya dapat dihabiskan 15 kg kedelai yang dibungkus menggunakan daun Awar-Awar dan diikat dengan batang padi kering (damen). Tempe produksi Mbah Yaduri didistribusikan di berbagai pasar tradisional di sekitar Padukuhan Payak serta langsung dibeli oleh warga sekitar rumah Mbah Yaduri. Karena bisa bertahan 3-4 hari tempe Mbah Yaduri juga sering kali dijadikan sebagai oleh-oleh.


Tempeh is one of legendary foods of Indonesia. The unique taste of tempeh now are world-well-known. As the time goes by, tempeh are no longer made in traditional way only. Many innovation are conducted, somehow make a new taste of tempeh. For them who miss the classic taste of tempeh, tempeh MbahYaduri is the way best. With more than 25 years-experiences in making tempeh, tempeh "MbahYaduri" provide the best taste of classic tempeh. “laru” (a kind of positive fungi for making tempeh) and “Awar-awar” leaves as the package, make MbahYaduri’s tempeh preserve longer and taste great. The use of “laru”, also make MbahYaduri’s tempeh different from most tempeh that use “ragi” as its ingredient.
In a day, Mrs.Yaduri is able to process almost 15 kilos of soybean. This product can be found in the markets around Payak.



(Written by Assa-Nila 1061 team)

Sabtu, 22 Agustus 2015

"Kamali" Batako


Produksi batako Bapak Kamali ini merupakan bisnis rumahan yang telah berlangsung selama 10 tahun. Produki batako dilakukan di kediaman Bapak Kamali yang bertempat di Padukuhan Payak, tepatnya berada di RT 04. Walaupun dilakukan dirumah namun pembeli tidak harus datang langsung ke lokasi penjualan batako, ini dikarenakan terdapat layanan antar yang dapat memudahkan pembeli dalam melakukan transaksi pembelian batako.
Proses pembuatan batako Bapak Kamali ini masih dilakukan dengan system cetak manual, dimana pesanan batako dicetak satu per satu. Walaupun dilakukan dengan manual namun pencetakan batako ini termasuk cepat karena untuk setiap harinya dapat dihasilkan 150 buah batako.



“Kamali” Batako is a “batako(a kind of brick) home industry in Payak. Mr. Kamali, the owner, has been doing this business for more than ten years. Mr. Kamali offers special service for the customers by providing delivery service for certain amount of transaction.
The making process used by Mr. Kamali is manual copying processe. Although the production uses manual copying process, “Kamali” Batako could produce almost 150 batako in day.



(Written by Assa-Nila 1061 team)

Krecek "Mekarsari"

Industri rumah tangga Mekar Sari ialah industri rumah tangga yang bergerak pada pembuatan krecek singkong. Usaha ini dimulai bapak Tukimin sejak tahun 2000. Bapak Tukimin ialah pelopor produk krecek singkong. Pada awalnya bapak Tukimin berpikir untuk membuat produk dari singkong yang berbeda dari produk-produk yang sudah ada. Kemudian ketika sedang berada di ladang beliau mencoba mencacah-cacah singkong. Kemudian beliau mendapat ide untuk membuat kecek singkong.
Saat ini, bapak Tukimin bisa memroduksi hingga 1 kuintal per hari dengan memekerjakan 12 karyawan. Bahan baku yang digunakan diperoleh dari dusun payak dan sekitarnya. Industri rumah tangga Mekar Sari mengolah 1 kuintal singkong mentah menjadi 20 kg krecek singkong. Dalam penjualan, krecek singkong Mekar Sari dikemas dalam ukurang 0.5 kg. Krecek produk Mekar Sari di jual ke berbagai pusat oleh-oleh di Wonosari.


“Mekarsari” home industry is one of home industries that focused on krecek singkong (traditional cassava chip) in Payak. This industry has been running for 15 years. The owner of “Mekarsari” home industry is Mrs. Tukimin that also regarded as the first developer of traditional cassava chips in Payak. Motivated by the will to make a new innovation on cassava products, he started to make an experiment by slicing the cassavas from his farm into thin form then fried it. That experiment then inspired him in making traditional cassava chips called krecek singkong.
In a day, Mr. Tukimin and his staffs are able to produce 20 kilos of krecek singkong. The raw cassavas are taken from several farmers around Payak. To make 20 kilos of krecek singkong, a hundred kilos of fresh cassava are needed. Krecek Singkong “Mekarsari” can be found in finger food shops around Wonosari.



(Written by Assa-Dita 1061 team)

Jamu "Anugrah" ["Anugrah" Herbal]

Industri rumah tangga Anugerah ialah industri rumah tangga yang bergerak pada pembuatan jamu tradisional. Usaha ini telah dirintis oleh ibu Hj. Tukilah sejak tahun 1998. Usaha yang terletak di RT 01 dusun Payak, Sumbergiri, Ponjong ini dijalankan beliau dengan dibantu oleh suaminya, bapak H. Saliya. Kegiatan utama industri ini ialah pembuatan jamu tradhisional dalam bentuk serbuk. Adapun produk-produk utama yang dihasilkan oleh ibu Hj. Tukilah, yaitu kunir asem, kunir putih mangga, kunir sirih, jahe merah, dan temu lawak.
Industri rumah tangga Anugerah merupakan satu-satunya industri yang bergerak dalam pembuatan jamu tradisional di daerah Sumbergiri. Sekarang industri ini telah memiliki SP, dan juga P-IRT. Produk jamu Anugerah juga telah teruji di laboratorium UGM.
Bahan baku yang digunakan untuk memroduksi jamu berasal dari ladang bu Hj. Tukilah sendiri, sehingga membuat kontol kualitas lebih mudah. Produk jamu dipasarkan di daerah payak hingga kota Jogja.
Ibu Hj. Tukilah selain memroduksi jamu, juga membuat produk lain, diantaranya ialah krecek singkong dan marning jagung. Untuk krecek singkong sendiri telah ditekuni selama lima belas tahun, dan untuk marning jagung telah ditekuni selama lima tahun.


Jamu “Anugrah” is a home industry in Payak that focused on traditional herbals production. This home industry is owned by Mrs. Tukilah Saliya, wive of Mr. Saliya. This industry has been running since 1998 and makes powder herbals as its main product.
As the only home industry in Sumbergiri that producing traditional herbals, the quality of Jamu “Anugrah” products are guaranteed by the existence of SP certificate, P-IRT certificate, and laboratory examination.
The fresh herbs are taken from private farms of Jamu “Anugrah” home industry. Its products can be found in several traditional herbal drinks outlets around Payak or Yogyakarta.
Another products made by Mrs. Tukilah Saliya are krecek singkong (a kind of cassava chips) and marning jagung (traditional dried corn).


(Written by Assa-Dita 1061 team)

Sejarah [History]

Dahulu ketika Belanda melakukan invasi ke Indonesia, diketahui banyak ulama Islam yang “menepi” ke area timur Yogyakarta, yang salah satunya adalah area Payak saat ini. Kata “Payak” sendiri berasal dari sebuah frasa Arab “Kun Fayakun” yang memiliki arti “Jadilah! Maka akan terjadi”.
Sebagai tempat dimana banyak ulama jaman dahulu pernah tinggal, para penduduk Payak terlihat begitu menggiati sisi pendidikan. Seiring berjalannya waktu, hampir semua generasi muda Payak kini dapat mengenyam tingkat pendidikan yang baik. Bahkan, Payak telah memiliki TK dan SD sendiri.

Once when Dutch made an invasion to Indonesia, many of Muslim clerics were hide themselves in the east area of Yogyakarta. The place called nowadays Payak is also one of the area where the clerics went. They then applying their skills and knowledge, and then build a place, called Payak. Word “Payak” itself is derived for an Arabian phrase “Kun Fayakun” which means “Happen! And it will be happen”
As one of the area where old clerics ever lived, Payak villagers seemed that have high attention on education. As the time goes by, most Payak youngsters now are all well educated, and even have their own pre-school and elementary school.



(written by Assa 1061 team, supported by various sources)

Rabu, 12 Agustus 2015

Selayang Pandang [Overview]

Padukuhan Payak adalah salah satu padukuhan yang terletak di Desa Sumbergiri, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis, Padukuhan Payak merupakan salah satu wilayah di Desa Sumbergiri, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Padukuhan ini berbatasan dengan wilayah :
Batas timur      : Padukuhan Ngampelombo
Batas barat      : Padukuhan Wonodoyo
Batas selatan   : Padukuhan Koripan 2
Batas utara      : Padukuhan Plataran
Padukuhan Payak terletak di Desa Sumbergiri,Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul, yang terdiri dari 4 RT dan 1 RW. Padukuhan Payak terdiri dari 179 Kepala Keluarga dengan total penduduk 597 jiwa yang seluruhnya beragama Islam, 296 laki-laki dan 301 perempuan. RT 01 153 jiwa 43 KK, 72 laki-laki, 81 perempuan. RT 02 160 jiwa, 47 KK 81 laki-laki 79 perempuan. RT 03 125, 38KK, 62 laki-laki, 63 perempuan. RT 04 159 , 44 KK, 81 laki-laki, 78 perempuan.
Sebagai daerah yang masih berkembang, Payak telah memiliki sarana penunjang yang cukup bervariasi. Di bidang pendidikan, Payak telah memilki TK dan SD di dalamnya. Sementara di bidang perekonomian, berbagi UMKM merupakan andalan dari padukuhan Payak.

Meskipun begitu, perawatan, perbaikan, dan pengembangan lebih lanjut masih perlu dilaksanakan. Hal tersebut diperlukan agar perkembangan padukuhan Payak yang saat ini masih berjalan, dapat tetap berlangsung dan mencapai tingkat kestabilan. Untuk itulah laman ini dibuat. Laman ini bertujuan agar semakin banyak orang yang dapatterhubung dengan Payak dan dapat berpartisipasi dalam  proses pengembangan Payak.

Payak is one of villages located in Sumbergiri. Geographically, it is settled in the middle – east area of Gunung Kidul, Yogyakarta.  This village is bordered by Ngampelombo in the East,Wonodoyo in the West,Koripan 2 for the South line, and Plataran in the North.
Payak is divided into four small blocks. Recent statistics said that 179 families are living in Payak. It is included 296 males and 301 females.
As a developing area, Payak has much of supporting aspects such as in education and economical aspects. In education aspect, there are pre-school and an elementary school. When various UMKM, become the prior strength in economical aspect.

Although many developments have been done, more and more developments should be done to make sure that the developing process will reach its goal. Based on that reason, this page is created. This page is purposely created to support the developing process of Payak and give a wider way for them who want to be a part of Payak’s development.

(first published by RidhoAKB4R, rewritten and edited by Assa 1061 team)